Srikandi News

Uighur "Suriah-nya Cina" atau "Libya-nya Cina".

Berbagi Berita Ini Keteman


JAKARTA, Srikandi Indonesia - Persaudaraan Alumni (PA) 212, GNPF MUI, HMI dan FPI, dan    ratusan demonstran dari berbagai organisasi masyarakat berunjuk rasa di depan Kedutaan Besar Cina di Jakarta pada Jumat (21/12), Para peserta demo menuntut pemerintah Cina untuk menghentikan persekusi terhadap kelompok Muslim Uighur.
Banyak dari mereka mengusung bendera hitam bertuliskan kalimat Tauhid dalam bahasa Arab serta poster berisi dukungan kepada kelompok Uighur.

Lagu tema Aksi 212 "Aksi Bela Islam" juga dilantunkan oleh para peserta aksi. Dalam aksi tersebut, tampak beberapa anak. Mereka memekik, "Usir, usir, usir komunis, usir komunis sekarang juga." Ada pula yang meneriakkan "Usir Cina". 
Ketua GNPF (Gerakan Nasional Pengawal Fatwa) Ulama, Yusuf Muhammad Martak, yang juga salah satu  koordinator aksi,  mendesak Cina untuk menghentikan diskriminasi terhadap Muslim Uighur.
"Tuntutannya dihentikan, jangan diterus-teruskan karena itu kan sudah sangat-sangat melanggar HAM sekali karena (mereka) itu kan manusia biar bagaimana pun," ujar Yusuf sebagaimana dilaporkan wartawan BBC News Indonesia, Callistasia Wijaya.
Yusuf meminta kedutaan Cina untuk terbuka mengenai kasus Uighur agar kesimpangsiuran terkait kasus ini dapat selesai.
Jika harapan mereka untuk mendapatkan informasi tidak tercapai, lanjutnya, bukan tidak mungkin aksi dengan jumlah massa yang lebih besar akan digelar di kemudian hari.
Yusuf mendesak pemerintah Indonesia untuk mendorong pemerintah Cina memberikan kemerdekaan beribadah kepada umat Muslim Uighur.
"Jadi sebenarnya tidak perlu segan-segan sebagai pemerintah, harus menyampaikan. Karena pemerintah tidak menyampaikan dan tidak ada reaksi dari pemerintah kita, maka jangan disalahkan kalau rakyat akhirnya menyampaikan aspirasinya masing-masing," ujar Yusuf.
Ia menambahkan dirinya tidak pilih-pilih dalam memperjuangkan kaum Muslim yang tertindas, seperti yang dialami warga Yaman.
"Kami sudah pernah melalui Majelis Ulama menyatakan untuk akan bertemu dengan Kedutaan Besar Saudi di Indonesia, ingin mempertanyakan kelanjutan dan nasib masyarakat Yaman yang kena agresi militer dari Saudi dan sebagainya... Jadi kami tidak ada berpilih-pilih gitu ya."
cinaHak atas fotoBBC NEWS INDONESIA
Image captionPara pengunjuk rasa meminta pemerintah Indonesia tidak berpangku tangan perihal Muslim Uighur di Cina.


Muslim Uighur di Cina: Persekusi melalui kamp 'pendidikan-kembali'

Pada bulan Agustus lalu, satu komite PBB menyatakan sekitar satu juta Muslim Uighur dan kelompok Muslim lain kemungkinan ditahan dengan dalih kamp pendidikan kembali.
Tetapi para pejabat yang menghadiri pertemuan HAM PBB mengakui bahwa apa yang mereka sebut warga Uighur "yang dikelabui ekstrimisme keagamaan" telah menjalani pendidikan dan pemukiman kembali.

Kelompok hak asasi manusia mengatakan Muslim Uighur di Cina menghadapi persekusi dengan antara lain melalui apa yang disebut kamp pendidikan kembali.

Sejumlah laporan menyebutkan satu juta orang Uighur ditahan.
Hak atas fotoREUTERS
Image captionSejumlah laporan menyebutkan satu juta orang Uighur ditahan.
Pemerintah daerah Xinjiang menyatakan mereka menerapkan apa yang disebut "pusat pelatihan kejuruan" bagi Muslim Uighur sebagai produk hukum di tengah-tengah kekhawatiran dunia terkait dengan banyaknya orang hilang disana.
Xinjiang menyebutkan berbagai tempat pelatihan tersebut akan mengatasi ekstrimisme lewat "perubahan pemikiran".
Sementara kelompok hak asasi manusia mengatakan para tahanan dipaksa menyatakan kesetiaan kepada Presiden Xi Jinping, disamping mengecam atau meninggalkan keyakinannya.
Cina mengatakan Xinjiang menghadapi ancaman serius dari militan Islamis dan separatis dan menyanggah tuduhan perlakuan tak layak. Ratusan orang dilaporkan meninggal akibat kerusuhan antara Uighur dan anggota mayoritas Han.
Undang-undang baru Xinjiang mencakup kamp pendidikan kembali itu merupakan rincian pertama terkait apa tindakan pemerintah daerah di wilayah itu.
Di dalamnya disebutkan contoh tingkah laku yang dapat menyebabkan penahanan, termasuk menyebarkan konsep halal pada berbagai hal di luar makanan, menolak menonton TV pemerintah dan mendengarkan radio pemerintah, serta mencegah anak mendapatkan pendidikan pemerintah.
Cina mengatakan di dalam kamp penahanan juga akan diajarkan bahasa Cina Mandarin, konsep hukum dan memberikan pelatihan kejuruan.
Kelompok HAM mengecam kebijakan ini. Sophie Richardson dari Human Rights Watch mengatakan "kata-kata tertulis menunjukkan pelanggaran HAM besar-besaran dan tidak pantas disebut sebagai 'hukum'".
Dengan memberikan pijakan hukum bagi kamp-kamp ini, Cina memastikan apa yang telah dibicarakan banyak pihak selama berbulan-bulan, bahwa negara ini menjalankan kamp pendidikan kembali bagi Muslim Uighur di Xinjiang dengan menggunakan alasan untuk mengatasi ekstrimisme.
Dalam peraturan yang baru diterbitkan, dirinci apa yang dimaksudkan dengan kata kamp. Cina menggunakan istilah yang tetap terdengar kabur. Tempat tersebut dinamakan "pusat pelatihan pendidikan dan keterampilan kejuruan".
Tetapi sudah jelas tujuannya bukanlah untuk membuat penduduk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Aturan tersebut menyatakan tempat itu untuk orang-orang yang "terpengaruh ekstrimisme". Tujuannya adalah untuk memperbaiki tingkah laku yang buruk dan memastikan mereka mengikuti penyuluhan kejiwaan dan pendidikan ideologis.
Kamp ini adalah bagian dari serangan lebih luas terhadap ekstrimisme berhaluan Islam di Xinjiang.
Peraturan baru ini memastikan bahwa adalah suatu pelanggaran hukum jika menyebarkan fanatisme keagamaan, misalnya lewat "jenggot yang tidak biasa atau nama yang aneh".
Ekstrimisme diartikan secara begitu luas sehingga sepertinya bisa diterapkan kepada para orang tua yang mengeluh jika anak mereka menikahi seseorang yang berasal dari agama atau suku berbeda.
---------------------------------------------------------
Para pengunjuk rasa Uighur menunjukkan kartu identitas dari kerabat yang ditahan dalam sebuah demonstrasi pada 2009.Hak atas fotoGETTY IMAGES
Image captionPara pengunjuk rasa Uighur menunjukkan kartu identitas dari kerabat yang ditahan dalam sebuah demonstrasi pada 2009.
Produk halal selain makanan dilarang
Cina juga meluncurkan kebijakan terhadap berbagai praktek agama Islam di Xinjiang. Beijing menginginkan penghentian penggunaan produk halal bukan makanan.
Sebuah koran melaporkan penggunaan istilah halal untuk mewakili barang-barang seperti pasta gigi telah mengaburkan batas antara kehidupan keagamaan dengan sekuler, serta membuat orang menjadi korban ekstrimisme keagamaan.
Pada hari Senin (09/10), sejumlah petinggi Partai Komunis di ibu kota Xinjiang, Urumqi, memimpin para kader untuk bersumpah menentang "kecenderungan menyatakan halal pada semua hal", lapor kantor berita AFP.
Peraturan baru ini juga memperjelas larangan mengenakan kerudung bagi perempuan Muslim.
Anggota partai komunis dan birokrat diperintahkan untuk menggunakan bahasa Cina Mandarin di depan umum, bukannya bahasa setempat.
Di wilayah Ningxia barat laut, ratusan Muslim yang berusaha mencegah pengrusakan masjid bentrok dengan pemerintah.Hak atas fotoWEIBO
Image captionDi wilayah Ningxia barat laut, ratusan Muslim yang berusaha mencegah pengrusakan masjid bentrok dengan pemerintah.

Seperti apa keadaan kamp?

Sejumlah mantan tahanan kamp menceritakan kepada BBC tentang siksaan fisik dan psikologis yang terjadi disana. Seluruh anggota keluarga telah hilang, katanya.
Pada bulan Juli, seorang bekas guru di salah satu kamp yang melarikan diri ke Kazakhstan mengatakan di depan pengadilan bahwa "di Cina mereka menyebutnya kamp politik tetapi tempat itu sebenarnya sebuah penjara di pegunungan".
The New York Times mengutip bekas tahanan yang mengatakan mereka dipaksa menyanyikan lagu-lagu seperti "Tanpa Partai Komunis, Tidak Akan Ada Cina yang Baru" dan bagi orang-orang yang lupa syairnya, tidak berikan makan pagi.
"Pada akhirnya, semua pejabat menyampaikan satu hal penting. Kebesaran Partai Komunis Cina, keterbelakangan kebudayaan Uighur dan kecanggihan budaya Cina," kata mantan tahanan Abdusalam Muhemet kepada koran tersebut.
Laporan The World Uighur Congress menyatakan para tahanan dibui untuk waktu tidak ditentukan, tanpa dakwaan dan dipaksa meneriakkan slogan Partai Komunis.
Mereka dilaporkan tidak cukup diberikan makanan dan laporan banyak laporan tentang penyiksaan.
Sebagian besar tahanan tidak pernah didakwa dan tidak mendapatkan bantuan hukum.
Meskipun demikian koran pemerintah berbahasa Inggris, Global Times, tetap mengatakan penjagaan ketat di daerah tersebut untuk mencegah tempat itu menjadi "Suriah-nya Cina" atau "Libya-nya Cina".
Warga Uighur di sebuah pasar hewan, dalam foto tahun 2013.Hak atas fotoGETTY IMAGES
Image captionWarga Uighur di sebuah pasar hewan, dalam foto tahun 2013.
Siapakah orang Uighur?
Orang Uighur adalah Muslim berdarah Turki yang sebagian besar tinggal di Xinjiang, di mana jumlah mereka adalah 45% dari keseluruhan penduduk disana.
Mereka sendiri memandang diri, secara budaya dan kesukuan, dekat dengan negara-negara Asia Tengah, dan bahasa mereka mirip dengan bahasa Turki.
Dalam beberapa puluh tahun terakhir, banyak orang Cina Han (suku mayoritas di Cina) pindah ke Xinjiang dan warga Uighur merasa kebudayaan dan kehidupan mereka terancam.
Xinjiang secara resmi diperlakukan sebagai daerah otonomi di dalam Cina, seperti Tibet di bagian selatan negara itu.(BBC Indonesia/Reuters/SAMO News)

Tidak ada komentar